Rabu, 19 Januari 2011

~*UNTUK CALON SUAMI DAN ISTRI*~





















Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pernikahan atau perkawinan,menyingkap takbir rahasia,.
Istri yg kamu nikahi,tidaklah semulia khadijah,tidak setakwa Aisyah,pun tidak setabah Fatimah apalagi secantik Zulaikha justru istrimu hanyalah wanita Akhir zaman,yg punya cita-cita menjadi sholeh..
Pernikahan atau perkawinan,mengajar kita kewajiban bersama.
Istri menjadi tanah,kamu langit penaungnya.
Istri ladang tanaman,kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan,kamu gembalanya,
Istri adalah murid,kamu mursyidnya,
Istri bagaikan anak kecil,kamu tempat bermanjanya,
Saat istri menjadi madu,kamu teguklah sepuasnya,
Seketika istri menjadi Racun,kamulah penawar bisanya,
Seandainya istri tulang yg bengkok,berhati-hatilah meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan….
Menginsyafkan kita perlunya iman dan takwa,utk belajar meniti sabar dan Ridho Allah swt,karena
memiliki istri yg tak sehebat mana,justru kamu akan tersentak dari Alpa,kamu bukanlah Rasulullah,pun bukanlah sayyidina Ali karamallahhuwajhah,Cuma suami akhir zaman,yg berusaha menjadi sholeh
<<’’UNTUK CALON ISTRI’’>>
Pernikahan atau perkawinan,membuka tabir Rahasia.
Suami yg menikahi kamu,tidaklah semulia Muhammad saw,tidaklah setakwa Ibrahim,pun tidak setabah Ayyub,atau pun segagah Musa,apalagi setampan Yusuf,justru suamimu hanyalah pria Akhir zaman,yg punya cita-cita,membangun keturunan yg sholeh…
Pernikahan atau perkawinan,..mengajarkan kita kewajiban bersama.
Suamimu menjadi pelindung,kamu penghuninya.
Suamimu adalah Nahkoda kapal,kamu navigatornya,
Suamimu bagaikan balita yg nakal,kamu adalah penuntun kenakalannya,
Saat suami menjadi Raja,kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa,kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami masinis yg lancang,sabarlah memperingatkannya,
Pernikahan atau perkawinan..
Mengajarkan kita perlunya iman dan takwa,utk belajar meniti sabar dan Ridho Allah swt,karena memiliki suami yg tak segagah mana,justru kamu akan tersentak dari Alpa,kamu bukanlah Khadijah,yg begitu sempurna di dalam menjaga,pun bukanlah Hajar,yg begitu setia dalam sengsara,Cuma wanita Akhir zaman,yg berusaha menjadi sholehah…Amin Allahuma Amin..
Salah dan hilaf andai ada kata yg kurang berkenan mohon ma’afkan
Ana andika Al-banjari hamba Allah yg tiada daya dan upaya yg takkan
Lepas dari salah dan dosa dan yg benar itu datangnya daripada Allah swt dan yg salah itu datangnya daripada kelemahan diri ana pula.

Dgn senang hati silahkan share ke sahabat Fillah antum jika menurut antum note nich bermanfa’at
Salam Ukhuwah Fillah

~*Nasehat pernikahan Untuk Putriku*~


Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

(Seandainya ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa panjangkan umurku dan memberikan kesempatan kepadaku menyaksikan pernikahan putriku tercinta, kira-kira seperti inilah yang ingin aku sampaikan):

بسم الله الرحمن الرخيم
إن الحمد لله , نحمده ونستعينه , ونستغفره , ونعوذ بالله من شرور أنفسنا , ومن سيئات أعمالنا , من يهده الله فلا مضل له , ومن يضلل فلا هادي له , وأشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له , وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم .
{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون }
{ يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي تسألون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا }
{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا قولا سديدا , يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم , ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما }

Anak-anakku..,
Hari ini akan menjadi satu di antara hari-hari yang paling bersejarah di dalam kehidupan kalian berdua. Sebentar lagi kalian akan menjadi sepasang suami-isteri, yang darinya kelak akan lahir anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan kalian akan menjadi seorang bapak dan seorang ibu, untuk kemudian menjadi seorang kakek dan seorang nenek, ……insya الله.

Rentang perjalanan hidup manusia yang begitu panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula…liku-liku dan pernik-pernik kerumitan hidup sesungguhnya jugalah sederhana.

Kita semua.. diciptakan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa tidak lain untuk beribadah kepada NYA.

Maka,jika kita semua berharap kelak dapat berjumpa dengan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa …dalam keadaan IA ridlo kepada kita,hendaklah kita jadikan segala tindakan kita semata-mata di dalam rangka mencari keridlo’an-NYA dan menyelaraskan diri kepada Sunnah Nabi-NYA Yang Mulia -Shallallahu alaihi wa sallam-

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

(Maka barangsiapa merindukan akan perjumpaannya dengan robb-nya, hendaknya ia beramal dengan amalan yang sholeh, serta tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam peribadatahan kepada robb-nya.)
Begitu pula pernikahan ini, ijab-qabulnya, adanya wali dan dua orang saksi, termasuk hadirnya kita semua memenuhi undangan ini…adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan untuk sesuai dengan syari’at ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.
Oleh karena itu…,
kepada calon suami anakku…

Saya ingatkan, bahwa wanita itu dinikahi karena empat alasan, sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam:
عن أبي هريره رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR:Muslim)
Maka ambilah nanti putriku sebagai isteri sekaligus sebagai amanah yang kelak kamu dituntut bertanggung jawab atasnya. Dengannya dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa, di dalam suka…di dalam duka. Gaulilah ia secara baik, sesuai dengan yang diharuskan menurut syari’at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan kekurangannya,

karena ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah memerintahkan demikian:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
(Dan gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ruf. Maka seandainya kalian membenci mereka, karena boleh jadi ada sesuatu yang kalian tidak sukai dari mereka, sedangkan ALLAH menjadikan padanya banyak kebaikan(An-Nisaa’:19)

Dan ingatlah pula wasiat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
إستوصوا بالنساء خيرا فإنهن عوان عندكم
(Pergaulilah isteri-isteri dengan baik. Karena sesungguhnya mereka itu mitra hidup kalian)
Dan perlakuanmu terhadap isterimu ini menjadi cermin kadar keimananmu,

sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-;
أكمل المؤمن إيمانا أحسنهم خلقا و خياركم خياركم لنساءهم (الترمذي عن ابي هريرة)
(Mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya)
Dan kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam rumah tangga.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
(Lelaki itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH telah melebihkan yang satu dari yang lainnya dan disebabkan para lelaki yang memberi nafkah dengan hartanya.) (An-Nisaa’: 34)

Maka agar kamu dapat memimpin rumah tanggamu, penuhilah syarat-syaratnya, berupa kemampuan untuk menafkahi, mengajari, dan mengayomi.

Raihlah kewibawaan agar isterimu patuh di bawah pimpinanmu.

Jadilah suami yang bertanggungjawab, arif dan lemah lembut ,sehingga isterimu merasa hangat dan tentram di sisimu. Berusahalah sekuat tenaga menjadi teladan yang baik baginya, sehingga ia bangga bersuamikan kamu.

Ya, inilah sa’atnya untuk membuktikan bahwa kamu laki-laki sejati, laki-laki yang bukan hanya lahirnya.

Kepada putriku…
Saya ingatkan kepadamu akan sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- :
عن أبي هريرة؛ قال:- قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
إذا أتاكم من ترضون خلقه ودينه فزوجوه. إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض
“Jika datang kepadamu (-wahai para orang tua anak gadis-) seorang pemuda yang kau sukai akhlaq dan agamanya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya kerusakan di muka bumi.” (HR: Ibnu Majah)

Dan semoga -tentunya- calon suamimu datang dan diterima karena agama dan akhlaqnya, bukan karena yang lain. Maka hendaknya kau luruskan pula niatmu.

Sambutlah dia sebagai suami sekaligus pemimpinmu.

Jadikanlah perkawinanmu ini sebagai wasilah ibadahmu kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.

Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
لو كنت أمرا أحد ان يسجد لأحد لأمرت المرءة ان تسجد لزوجها (الترم1ي عن ابي هريرة)
(Seandainya aku boleh memerintahkan manusia untuk sujud kepada sesamanya, sungguh sudah aku perintahkan sang isteri sujud kepada suaminya.)

Karenanya sekali lagi saya nasihatkan , wahai putriku…
Terima dan sambutlah suamimu ini dengan sepenuh cinta dan ketaatan.

Layani ia dengan kehangatanmu…
Manjakan ia dengan kelincahan dan kecerdasanmu…
Bantulah ia dengan kesabaran dan doamu…
Hiburlah ia dengan nasihat-nasihatmu…

Bangkitkan ia dengan keceriaan dan kelembutanmu…
Tutuplah kekurangannya dengan mulianya akhlaqmu…
Manakala telah kamu lakukan itu semua, tak ada gelar yang lebih tepat disandangkan padamu selain Al Mar’atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan dunia.

Sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة ( مسلم)
(Dunia tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.)

Inilah satu kebahagiaan hakiki -bukan khayali- yang diidam-idamkan oleh setiap wanita beriman. Maka bersyukurlah, sekali lagi bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak semua wanita memperoleh kesempatan sedemikian berharga. Kesempatan menjadi seorang isteri, menjadi seorang ibu.

Terlebih lagi, adanya kesempatan, diundang masuk ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. Yang demikian ini mungkin bagimu selagi kamu melaksanakan sholat wajib lima waktu -cukup yang lima waktu-, puasa -juga cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga kemaluan -termasuk menutup aurat- , dan ta’at kepada suami.Cukup,cukup itu.

Sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها وحفظت فرجها وأطاعت زوجها
قيل لها: ادخلي الجنة من أي أبواب الجنة شئت (أحمد عن عبدالرحمن بن عوف)
(Jika seorang isteri telah sholat yang lima, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan ta’at kepada suaminya. Dikatakan kapadanya: Silahkan masuk ke dalam Surga dari pintu mana saja yang engkau mau.)
Anak-anakku…,

Melalui rangkaian ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi Yang Mulia, kami semua yang hadir di sini mengantarkan kalian berdua memasuki gerbang kehidupan yang baru, bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan mengakhiri masa penantian kalian yang lama.

Kami semua hanya dapat mengantar kalian hingga di dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera rumah-tangga kalian akan mengarungi samudra kehidupan, yang tentunya tak sepi dari ombak, bahkan mungkin badai.

Karena itu, jangan tinggalkan jalan ketaqwaan. Karena hanya dengan ketaqwaan saja ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa akan mudahkan segala urusan kalian, mengeluarkan kalian dari kesulitan-kesulitan, bahkan mengaruniai kalian rizki.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan berikan bagi nya jalan keluar dan mengaruniai rizki dari sisi yang tak terduga.)
(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan mudahkan urusannya.)

Bersyukurlah kalian berdua akan ni’mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia kalian separuh dari agama ini, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah mengarunia kalian kesempatan untuk menjalankan syari’at-NYA yang mulia, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa juga telah mengaruniai kalian kesempatan untuk mencintai dan dicintai dengan jalan yang suci dan terhormat.

Ketahuilah, bahwa pernikahan ini menyebabkan kalian harus lebih berbagi.

Orang tua kalian bertambah, saudara kalian bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun bertambah, yang kesemua itu tentu memperpanjang tali silaturahmi, memperlebar tempat berpijak, memperluas pandangan, dan memperjauh daya pendengaran.

Bukan saja semakin banyak yang perlu kalian atur dan perhatikan, sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut mengatur dan memperhatikan kalian.

Maka, barang siapa yang tidak kokoh sebagai pribadi dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya yang baru.

Ketahuilah, bahwa anak-anak yang sholeh dan sholehah yang kalian idam-idamkan itu sulit lahir dan tumbuh kecuali di dalam rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih sayang. Dan tentunya tak akan tercipta rumah-tangga yang sakinah, kecuali dibangun oleh suami yang sholeh dan isteri yang sholehah.

Akan tetapi, wahai anak-anakku, jangan takut menatap masa depan dan memikul tanggung jawab ini semua. Jangan bersedih dan berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang kalian miliki sekarang ini masih sangat kurang.

ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(Artinya: “Dan janganlah berkecil hati juga jangan bersedih. Padahal kalian adalah orang-orang yang mulia seandainya sungguh-sungguh beriman.”) (Ali Imran: 139)
Ya, selama masih ada iman di dalam dada segalanya akan menjadi mudah bagi kalian.

Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa.

Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling menutupi kelemahan dan kekurangan masing-masing. Bersungguh-sungguhlah untuk itu, untuk meraih segala kebaikan yang ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sediakan melalui pernikahan ini.

Jangan lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada ALLAH.

kemudian jangan merasa tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali kehidupan rumah tangga ini dengan perasaan lemah !
احرص على ما ينفعك. واستعن بالله ولا تعجز
(Bersungguh-sungguhlah kepada yang bermanfa’at bagimu, mohonlah pertolongan kepada ALLAH, dan jangan merasa lemah!) (HR: Ibnu Majah)

Terakhir, ingatlah bahwa nikah merupakan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, sebagaimana sabdanya:
النكاح من سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني
(Nikah itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka barang siapa berpaling dari Sunnahku, ia bukanlah bagian dari umatku.)

Maka janganlah justru melalui pernikahan ini atau setelah aqad ini kalian justru meninggalkan Sunnah untuk kemudian bergelimang di dalam berbagai bid’ah dan kema’shiyatan.
Kepada besanku…

Terimalah masing-masing mereka sebagai tambahan anak bagi kita. Ma’lumilah kekurangan-kekurangannya, karena mereka memang masih muda. Bimbinglah mereka, karena inilah saatnya mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya.

Wajar, sebagaimana seorang anak bayi yang sedang belajar berdiri dan berjalan, tentu pernah mengalami jatuh untuk kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka bantulah mereka sampai benar-benar kokoh untuk berdiri dan berjalan sendiri.

Bantu dan bimbing mereka, tetapi jangan mengatur. Biarkan.., Karena sepenuhnya diri mereka dan keturunan yang kelak lahir dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab mereka sendiri di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Hargailah harapan dan cita-cita yang mereka bangun di atas ilmu yang telah sampai pada mereka.

Keterlibatan kita yang terlalu jauh dan tidak pada tempatnya di dalam persoalan rumah tangga mereka bukannya akan membantu.

Bahkan sebaliknya,membuat mereka tak akan pernah kokoh. Sementara mereka dituntut untuk menjadi sebenar-benar bapak dan sebenar-benar ibu di hadapan…dan bagi anak-anak mereka sendiri.

Ketahuilah, bahwa bukan mereka saja yang sedang memasuki kehidupannya yang baru, sebagai suami isteri. Kita pun, para orang tua,sedang memasuki kehidupan kita yang baru, yakni kehidupan calon seorang kakek atau nenek – insya الله. Maka hendaknya umur dan pengalaman ini membuat kita,…para orang tua,menjadi lebih arif dan sabar, bukannya semakin pandir dan dikuasai perasaan.

Pengalaman hidup kita memang bisa jadi pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi mereka.

Jika kelak -dari pernikahan ini- lahir cucu-cucu bagi kita. Sayangilah mereka tanpa harus melecehkan dan menjatuhkan wibawa orang tuanya.

Berapa banyak cerita di mana kakek atau nenek merebut superioritas ayah dan ibu.

Sehingga anak-anak lebih ta’at kepada kakek atau neneknya ketimbang kepada kedua orang tuanya. Sungguh, akankah kelak cucu-cucu kita menjadi anak-anak yang ta’at kepada orang tuanya atau tidak, sedikit banyak dipengaruhi oleh cara kita memanjakan mereka.

Kepada semua, baik yang pernah mengalami peristiwa semacam ini, maupun yang sedang menanti-nanti gilirannya, marilah kita do’akan mereka dengan do’a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما في خير
فأعتبروا يا أولي الأبصار
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لاإله إلاأنت أستغفرك وأتوب إليك

♥ SEMOGA BERMANFAAT ♥

Barakallaahu fiykum wa jazzakumullah khoir

♥Sebelum Engkau Halal Bagiku♥

♥SALAM SANTUN UKHUWAH♥

Semoga apa yang telah disampaikan ini ada manfaatnya,

Bila ada salah lisan tak bermakna mohon dimaafkan yang benar itu pasti datangnya dari Allah S.W.T 
dan yang salah itu datangnya dari kelemahan diri ana pula.

Wallahù'alam bíshawab Wabíllahí taùfík walhídayah,

Wassalamù'alaíkùm warahmatùllahí wabarakatùh

~*Sifat istri shalihah bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya*~

~*Sahabat untuk sahabat*~
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh ...kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy- Syaikh Al Albani rahimahullah, no.287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3. Tidak memberikan Kemaluan nya kecuali kepada suaminya.
Al Quran :
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (an-Nuur: 2-3).
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32)
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69).
“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (al-Mumtahanah: 12).
HADIS :
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah saw. bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin,”
Masih diriwayatkan darinya dari Nabi saw. beliau bersabda, “Jika seorang hamba berzina maka keluarlah darinya keimanan dan jadilah ia seperti awan mendung. Jika ia meninggalkan zina maka kembalilah keimanan itu kepadanya,” (Shahih, HR Abu Dawud [4690]).
Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, “Bagaimana pandangan kalian tentang zina?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya maka ia haram sampai hari kiamat.” Beliau bersabda, “Sekiranya seorang laki-laki berzina dengan sepuluh orang wanita itu lebih ringan daripada ia berzina dengan isteri tetangganya,” (Shahih, HR Bukhari dalam Adabul Mufrad [103]).
4. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma’ bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: “Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
5. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.”)
6. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta’ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
7. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
8. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar’i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim no.1436)
9. Melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa
kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya,selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
10. Amanah. Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu
lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu …” (HR Hakim).
11, istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenangan berpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ”Di antara tanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya. Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang berpikir.”(QS Ar Rum [30]: 21).
Demikianlah Istri shaleha itu menurut Kitab Suci Al Quran dan Hadis2 sahih…

~*Wahai Perempuan, lihatlah Anak Syu’aib itu.( Renungan Bersama )


~*Sahabat untuk sahabat*~
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Malulah, seperti malunya Anak Syu'aib AS
Ya Allah, kurniakanlah sifat malu kepada perempuan hari ini, sebagaimana sifat malu yang wujud pada Anak Syu’aib.
Ya Allah, kurniakanlah sifat malu kepada perempuan hari ini, sebagaimanan sifat malu yang wujud pada Anak Syu’aib.
Ya Allah, kurniakanlah sifat malu kepada perempuan hari ini, sebagaimana sifat malu yang wujud pada Anak Syu’aib.
Katakanlah amin.
Saya kagum dengan sifat malu yang wujud pada Anak perempuan Nabi Syu’aib. Selama ini saya sudah tahu akan kisahnya, tetapi semalam saya mendengar dengan penjelasan yang sangat-sangat mendalam, mencucuk, dan memberikan kesan dalam jiwa saya.
Moga keluarga perempuan saya, bakal isteri dan anak-anak saya, semuanya Allah kurniakan sifat malu yang ada pada Anak Syu’aib. Sememangnya sifat malunya, perlu dicontohi perempuan yang ada.
Lelaki juga, apa salahnya mengambil pengajaran daripadanya.
Kisah yang tercatat di dalam Al-Quran
“Dan ketika dia(Musa) sampai di sumber air negeri Madyan, ia dapati di situ sekumpulan orang-orang lelaki sedang memberi minum (binatang ternak masing-masing), dan ia juga dapati di sebelah mereka dua perempuan yang sedang menahan(ternakan mereka berdua). Dia bertanya: Mengapa dengan kamu berdua(menahan ternakan)? Mereka menjawab: Kami tidak dapat memberi minum (ternakan kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya.”
“Maka Musa pun memberi minum kepada binatang-binatang ternak mereka, kemudian ia pergi ke tempat teduh lalu berdoa dengan berkata: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku sangat berhajat kepada sebarang rezeki pemberian yang Engkau berikan.”
“Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata:” Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami”. Surah Al-Qasas ayat 23-25.
Di dalam kisah pendek tiga ayat ini, tersembunyi ibrah yang sangat besar. Bukan hanya kisah pertemuan Musa dengan Anak Nabi Syu’aib yang kemudiannya mendidik kesabaran Musa. Bukan juga hanya kisah Musa yang baik hati membantu perempuan yang lemah. Bukan juga hanya kisah aturan Allah SWT yang cantik mengaturkan perjalanan Musa dalam rangka menjadikannya sebagai Nabi.
Tetapi di dalam tiga ayat ini, terdapat juga didikan untuk wanita.
Allah hendak menunjukkan bagaimana urusannya wanita dan lelaki, dengan menunjukkan sifat malu yang wujud dalam diri Anak-anak Syu’aib.
Wahai manusia, Allah sedang berbicara dengan anda berkenaan Sifat Malu.
Sifat malu yang sangat tinggi
Anak-anak Nabi Syu’aib tidak membenarkan diri mereka bercampuran dengan lelaki-lelaki lain walaupun mereka mempunyai kerja yang penting – memberikan minuman kepada ternakan mereka.
Mereka sanggup menahan ternakan mereka dan menanti walaupun keadaan itu sangat memberikan kekurangan kepada ternakan mereka nanti. Alasan lemah adalah alasan yang kedua. Alasan utama adalah kerana bergaulan, bercampuran dengan lelaki sememangnya menjatuhkan akhlak mereka.
Kita sendiri, kalau melihat perempuan tolak menolak dengan lelaki, berebut-rebut dengan lelaki, bersentuhan tangan, bergeselan badan, bagaimana agaknya persepsi kita?
Maka Anak-anak Syu’aib menanti. Biar lapang baru mereka pergi. Tidak melanggar adab pergaulan, dan tidak pula mengundag kecederaan.
Namun, melakukan sedemikian pastinya satu kekurangan untuk mereka. Kekurangan untuk binatang ternak mereka membesar dengan baik. Tetapi lihatlah Anak-anak Syu’aib, dunia dan akhirat yang mana mereka pilih?
Penjagaan diri mereka ini membuatkan mereka sangat mahal.
Tidak memanjangkan bicara 1(kondisi diajak bicara)
Musa yang berehat di bawah pokok berdekatan hanya memandang. Pelik di matanya melihat dua orang perempuan berdiri menunggu di tepi sumber air bersama ternakan mereka. Pastinya dua perempuan itu bukan menanti suami atau ayah mereka siap memberi minum pada ternakan kerana keduanya membawa ternakan masing-masing.
Atas dasar ambil berat, Musa bangun dan bertanya.
“Mengapa dengan kamu berdua?”
Dan lihatlah bagaimana cantiknya akhlak Anak-anak Syu’aib. Lihatlah bagaimana mereka menjawab dengan kata-kata yang pendek, tidak meleret-leret, malah menutup lubang untuk menyambung bicara lain.
Terus sahaja mereka menjawab: “Kami tidak dapat memberi minum (ternakan kami) sehingga pengembala-pengembala itu membawa balik binatang ternak masing-masing; dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya”
Terus kepada point. – Kami tidak dapat memberi minum sehingga pengembala-pengmbala itu mebawa balik binatang ternak masing-masing –
Menutup ruang untuk perbualan berpanjangan – dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya –
Lantas Musa tidak menyambung perbualan mahupun bertanya lagi. Malah dia juga sudah tiada alasan untuk bertanya kerana segalanya telah terjawab dengan jawapan ringkas itu. Kata-kata “dan bapa kami seorang yang terlalu tua umurnya” itu telah menjawab soalan-soalan seperti: “Habis, mana ayah awak?”, “Abang awak tak ada ke?”, “Ish, kesiannya, kenapa ya macam tu?” dan lain-lain.
Sangat bersih peribadi Anak-anak Syu’aib dalam menjaga diri mereka. Tidak berminat memanjangkan bicara yang tiada kepentingannya. Dan lihatlah pula kepada Musa, sangat bersih peribadinya dengan tidak mencari atau memikirkan mana-mana peluang lain untuk berbual, tetapi tanpa banyak bicara terus membantu ketika itu juga.
 Tidak memanjangkan bicara 2(kondisi pemula bicara)
Dan apabila Nabi Syu’aib melihat kedua anaknya pulang lebih awal dari biasa, dia kehairanan dan bertanya. Maka kedua anak itu menceritakan perihal lelaki yang berteduh di bawah pokok. Maka Nabi Syu’aib mengarah salah seorang anaknya pergi memanggil.
Lihatlah bagaimana anak itu, walau berseorangan, tidak lagi ditemani ahli keluarganya, tidak pula mengambil peluang bermanja-manja atau berkenalan dengan lelaki yang berjasa itu.
Malah dia berjalan dengan tersipu-sipu, berjalan atas sifat malu, dan terus berkata menyampaikan hajatnya:
“Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami”
Tidak pula dia meleret-leret atau berpusing-pusing dahulu dengan sembang-sembang lain, tanya-tanya lain seperti:
“Eh awak, terima kasih lah tadi ya. Awak baik sangat. Walaupun kita tak kenal… bla bla bla”
“Awak siapa nama ya? Terima kasihlah tadi ya. Ah, ni ayah saya panggil. Dia kagum dengan awak. Yalah, siapa yang nak tolong perempuan masa ni… bla bla bla”
Tetapi Anak Syu’aib itu terus pada pointnya tanpa memanjangkan bicara – Sebenarnya bapaku menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami – Habis cerita dan tiada lagi alasan untuk menyambung sembang baik dari Pihak Musa, mahupun pihaknya.
Dia melaksanakan amanah bapanya tanpa mengambil celahan pada amanah itu.
Bersihnya peribadi Anak Syu’aib. Sifat malunya sangat tinggi. Sangat menjaga budi pekerti. Tiada langsung apa yang dikatakan ‘gedik’ oleh manusia hari ini. Langsung tidak mengambil peluang berduaan dengan jejaka berjasa yang hebat itu. Dan lihatlah Musa. Bersihnya peribadi Musa, tidak pula mengambil peluang berduaan itu dengan memanjang-manjangkan sembang, mencari peluang berkenalan dan sebagainya.
Bagaimanakah kita hari ini?
Melihat Anak-anak Syu’aib, kita sepatutnya persoalkan diri kita.
Bagaimana kita hari ini?
Bila memberikan bantuan, bila meminta pertolongan, bila berbincang untuk sesuatu program di dalam mesyuarat, bila di Facebook, YM, dan di macam-macam situasi lagi. Bagaimanakah kita?
Di sini perlu kita lihat. Bagaimana Allah menunjukkan sikap Anak Syu’aib dan Musa AS. Anak Syu’ain mewakili perempuan, dan Musa AS mewakili lelaki. Bagaimanakah keadaan mereka, pergaulan mereka, akhlak dan peribadi mereka.
Adakah kita mencontohi?
Kebanyakan kita, kalau bercerita akan kisah Musa dan Anak Syu’aib, tak habis-habis menceritakannya dari sudut percintaan. Entahlah, saya pun tak faham. Kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha pun pergi cerita macam itu juga, balik kepada cinta.
Cinta nak kecoh. Malu tak mahu cerita. Macam mana masyarakat nak jadi bagus?
Saya sangat kagum dengan Anak Syu’aib
Entah kenapa, saya terbayang-bayangkan wanita yang mempunyai sifat malu seperti ini.
Alangkah indahnya dunia kalau dipenuhi wanita-wanita sebegini. Terjaga pergaulan mereka, bersih peribadi mereka, cantik akhlak mereka, mahal harga diri mereka.
Kisah ini membuatkan saya berazam untuk mendidik diri dengan lebih kuat lagi. Biar nanti kalau Allah kurniakan saya anak perempuan, saya senang anak perempuan saya terjaga seperti terjagana anak-anak perempuan Syu’aib.
Semestinya, anak-anak perempuan Syu’aib mempunyai akhlak yang sedemikian kerana terdidik dengan didikan ayahanda mereka, Nabi Syu’aib AS.
Ya Allah, kurniakanlah sifat malu Anak Syu’aib itu kepada perempuan hari ini.
Ya Allah, kurniakanlah juga keindahan akhlak Musa itu kepada lelaki hari ini.

~*WANITA IDAMAN LELAKI SHOLEH*~

~*Sahabat untuk sahabat*~


Wanita idaman lelaki ialah,
yang hatinya disalut taqwa kepada ALLAH,
yang jiwanya penuh penghayatan trhadap Islam,
yang sentiasa dahaga dengan ilmu,
yang sentiasa haus dengan pahala,yang solatnya maruah dirinya,
yang tidak pernah takut untuk berkata benar,
yang tidak pernah gentar melawan nafsu,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang menjaga tutur katanya,
yang tidak bermegah dengan ilmu yang dimilikinya,
yang sentiasa berbuat kebajikan kerana sifatnya yang dermawan ,
yang mempunyai ramai teman,
dan tidak mempunyai musuh bersifat syaitan,
 Wanita idaman lelaki ialah,
wanita yang menghormati ibunya,
yang sentiasa berbakti kepada kedua orang tuanya dan keluarga,
yang bakal menjaga kerukunan rumahtangga,
yang sabar mendidik suami dan anak-anak mendalami agama,
yang mengamalkan hidup penuh sederhana,
kerana dunia baginya adalah rumah sementara menuju akhirat,


Wanita idaman lelaki ialah,
yang sentiasa bersedia untuk menjadi insan yang hakiki,
yang hidup di bawah naungan Al-Quran dan sunnah nabi,
yang boleh diajak berbicara dan berdiskusi,
yang menjaga matanya dari pandangan duniawi,
yang sujudnya penuh kesyukuran dengan rahmat Ya Rabbi,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang tidak pernah membazirkan waktu,
matanya kepenatan kerana penat menimba ilmu,
suaranya lesu kerana lidahnya tak henti memuji dan mengingatiMU,
tidurnya lena dengan cahaya keimanan,
bangunnya Subuh penuh penghayatan,
kerana sehari lagi usianya bertambah penuh keinsafan,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang sentiasa mengingati mati,
yang baginya hidup di dunia adalah ladang akhirat,
yang mana buah kehidupan itu perlu dibaja dan dijaga,
agar berputik tunas yang bakal menjadi baka yang sempurna,
meneruskan perjuangan Islam sebelum tibanya Kiamat,
Wanita idaman lelaki ialah,
yang tidak terpesona dengan buaian dunia,
kerana dia mengimpikan syurga,
di situlah mahligai impiannya,
dialah WANITA IDAMAN LELAKI seadanya.

~*CINTA TAK DI RESTUI*~


Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ukhti… Perlu kita ingat kembali bahwa hukum wanita menjalin hubungan dengan laki-laki yang bukan mahrom (pacaran) adalah haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama. AllahTa’ala berfirman:
“Dan janganlah kalian mendekati zina, karena ia merupakan suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk“. (QS. Al-Isra’: 32)
Ayat ini melarang dan mengharamkan kita untuk mendekati zina, apapun bentuknya. Dan diantara bentuk perbuatan mendekati zina adalah pacaran.
Ingat pula sabda Nabi -Shallallahu’alaihi Wasallam-:
“Sesungguhnya Alloh mentakdirkan untuk anak adam, bagian zina yang ia pasti akan melakukannya. Maka zinanya mata adalah melihat, zinanya lisan adalah dengan bertutur kata, dan hatinya berangan-angan dan menyenangi sesuatu. Sedang kemaluannya, bisa jadi ia menuruti semua itu, dan bisa juga ia tidak menurutinya”. (HR. Bukhari no.6243, Muslim no.2657)
“Andai saja kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan penusuk dari besi, itu lebih baik bagi dia, daripada memegang wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Thabarani, dan di-shahih-kan oleh Albani dalam Silsilah Shahihah, hadits no: 226)
Dan Islam tidak melarang sesuatu, kecuali karena adanya banyak mafsadah di dalamnya, ataumafsadah-nya lebih besar dari pada manfaatnya. Baik mafsadah itu kita rasakan langsung atau tidak.
Oleh karena itu, mohonlah ampun kepada Alloh dan bertaubatlah, karena Rasul -Shallallahu’alaihi Wasallam- juga bersabda:
“Setiap anak adam itu banyak salahnya, dan sebaik-baik orang yang banyak salahnya itu mereka yang banyak taubatnya”. (HR. Tirmidzi: 2499, dan di-hasan-kan oleh Al Albani)
Kedua:
Jangan kita lupakan pula, bahwa kita terlahir di dunia, -dari bayi yang tidak tahu apa-apa, hingga dewasa sehingga kaya ilmu-, adalah atas jasa orang tua kita. Oleh karena itulah Islam sangat menekankan masalah berbakti kepada orang tua, membahagiakan mereka, dan tidak durhaka pada mereka.
Bahkan Nabi -Shallallahu’Alaihi Wasallam- bersabda:
“Keridhaan Allah itu terletak pada keridhaan kedua orang tua, dan (sebaliknya) kemurkaaan Allah (juga) terletak pada kemurkaan kedua orang tua“.
Apalagi, kita juga nantinya akan menjadi orang tua bagi anak-anak kita, bukankah ketika itu, kita juga ingin agar anak kita berbakti pada kita, membahagiakan kita, dan tidak mendurhakai kita?! Jika kita nantinya ingin seperti ini, maka hendaklah sekarang kita melakukannya untuk orang tua kita, karena balasan sesuatu itu sesuai dengan amalan yang kita lakukan. (fal jaza’u min jinsil amal)
Ketiga:
Islam sangatlah menghormati wanita, dan melindunginya dari segala sesuatu yang merugikan dan membahayakannya. Oleh karena itulah, ia tidak boleh menikah kecuali dengan izin dari walinya, sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu’alaihi Wasallam-:
“Siapapun wanita yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batal (tidak sah)”
Dan jika bapak anti masih ada, beliaulah yang harus menjadi wali. Maka bagaimana anti akan menikah dengan sah, jika bapak anti tidak mengizinkannya?!
Keempat:
Keputusan menikah adalah keputusan yang sangat besar dalam perjalanan hidup anti, dan konsekuensinya akan anti rasakan seumur hidup. Oleh karena itu, hendaklah ekstra hati-hati dalam menghadapi masalah ini. Bertukar pendapatlah dengan orang yang paling berhak dijadikan rujukan, yakni orang tua kita. Biasanya mereka lebih jernih dalam melihat keadaan dari pada kita, karena mereka lebih pengalaman dalam mengarungi kehidupan, dan lebih matang pikirannya. Tentunya keputusan yang diambil dari kesepakatan antara kita dengan mereka, itu lebih baik dan lebih matang dari pada keputusan dari satu pihak saja.
Ditambah lagi, jika kita menjalani suatu keputusan atas restu dari orang tua, tentunya mereka akan selalu mendoakan kebaikan bagi kita, dan tidak diragukan lagi, doa mereka akan sangat mustajab dan menjadikan hidup kita penuh berkah, tentram, dan bahagia dunia akhirat.
Kelima:
Cobalah membayangkan jika anti berada di posisi orang tua, mungkin anti juga akan mengambil langkah yang sama. Karena seringkali orang tua lebih menghargai anaknya, dari pada kita sendiri. Oleh karena itu, mungkin orang tua merasa tidak pantas anaknya mendapatkan orang yang kurang memenuhi standar dalam pandangannya. Disinilah pentingnya komunikasi, tukar pendapat, dan saling memberi informasi.
Keenam:
Ingat pula sabda Nabi -Shallallahu alaihi Wasallam- tentang pentingnya agama calon kita, tentunya orang yang agamanya kuat, lebih kita dahulukan dari pada orang yang agamanya lemah, karena orang yang agamanya kuat, akan lebih mengetahui hak dan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga.
Ketujuh:
mungkin solusi berikut bisa menjadi pertimbangan anti:
  • Adakan komunikasi yang lebih baik dan lebih terbuka dengan orang tua.
  • Jelaskan alasan yang mendasari langkah anti, dan kelebihan yang ada pada pilihan anti.
  • Jelaskan kerugian yang timbul, jika anti meninggalkan pilihan anti.
  • Jika satu kesempatan tidak cukup, teruslah komunikasi dalam kesempatan-kesempatan lainnya.
  • Mungkin orang tua ada pandangan lain, cobalah untuk menjajakinya
  • Jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Alloh, terutama ketika sujud dalam sholat, dan ketika sepertiga malam terakhir, agar dimudahkan urusan anti, dan diberikan solusi terbaik.
  • Jangan lupa juga untuk sholat istikhoroh, dan memohon petunjuk Alloh, apakah calon anti itu baik bagi masa depan anti di dunia dan akhirat, atau tidak?… Karena hanya Dia-lah yang maha mengetahui apa yang tersembunyi dari hambanya… Petunjuk dari sholat istikhoroh, tidak harus berupa mimpi, tapi bisa juga dengan perasaan hati, atau yang lainnya.
Pesan terakhir, ingatlah selalu dan jangan sampai lupa, bahwa langkah untuk menikah adalah langkah besar dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita melangkah, kecuali semuanya sudah clear, serta orang tua setuju dan merestui langkah besar ini…
Sekian… Mohon ma’af bila ada kata yang kurang berkenan… Semoga anti bisa tabah dan sabar dalam menghadapi masalah ini… Dan diberikan taufiq oleh Alloh untuk meraih yang terbaik bagi anti, di dunia ini hingga di akhirat nanti… amin.
Dari hamba yang sangat membutuhkan maghfiroh dari-Nya,
Top of Form